brentjonesonline.com, Promising Young Woman Cantik, Cerdas, Tapi Berbahaya! Dari luar, Cassie terlihat seperti wanita biasa. Senyumnya menawan, otaknya tajam, dan pembawaannya tenang. Namun, di balik penampilan itu, tersembunyi bara dendam yang tak mudah padam. Film Promising Young Woman bukan sekadar tontonan biasa ia datang sebagai tamparan keras untuk banyak hal yang selama ini di anggap normal. Jadi, kalau kamu pikir semua wanita baik-baik saja setelah peristiwa kelam, pikir lagi.
Film garapan Emerald Fennell ini berhasil mencampur aduk emosi penonton, tak dengan cara murahan. Justru lewat cara yang penuh ironi, kejutannya datang tanpa ampun, dan yang pasti, tak ada ruang nyaman bagi mereka yang terbiasa merasa aman dalam sistem patriarki.
Cassie: Bukan Sekadar Tokoh Utama, Tapi Simbol Amarah Terpendam
Setiap gerakan Cassie terasa punya makna ganda. Di satu sisi, ia tampak tenang, seolah sudah berdamai dengan hidup. Namun, dalam waktu yang sama, sorot matanya tak bisa berbohong—ada sesuatu yang mengganjal, dan itu bukan sekadar luka kecil. Cassie menjalani hari-harinya bukan untuk hidup bahagia, tapi untuk memastikan ada yang merasa tak nyaman, setidaknya sama seperti yang ia rasakan.
Ia tidak teriak-teriak menuntut keadilan, tapi caranya menyindir dunia sudah cukup bikin berkeringat di ngin. Ia tahu persis bahwa di am-di am, banyak orang bersembunyi di balik kata “baik.” Maka, Cassie muncul bukan untuk menyelesaikan, tapi mengacaukan pola pikir yang sudah kadung nyaman dengan pembenaran.
Dengan caranya sendiri, Cassie membongkar wajah asli orang-orang yang selama ini menganggap bahwa “sedikit mabuk” atau “itu hanya lelucon” adalah alasan yang bisa di terima. Satu per satu, ia hadapi, bukan dengan kekerasan, tapi dengan rasa tidak nyaman yang meledak seperti bom waktu.
Dunia Cerah Tapi Beracun: Kontras yang Bikin Resah
Satu hal yang bikin film ini mencolok adalah caranya menampilkan kengerian dengan balutan warna-warna manis. Adegan penuh trauma justru di balut dalam pencahayaan pastel, musik pop, dan busana lucu. Tapi, jangan tertipu. Justru di situlah kekuatannya kekacauan di selipkan di tengah kesan ringan.
Cassie hadir di pesta, bukan untuk bersenang-senang. Ia tampil modis, bukan untuk menggaet siapa-siapa. Setiap langkahnya di rancang sebagai bentuk perlawanan, meski orang-orang menganggapnya hanya “sedikit aneh.” Dan di situlah letak jebakannya. Dunia terlalu sering menilai dari permukaan, padahal yang terjadi di baliknya bisa sangat mencekam.
Film ini tidak menawarkan kenyamanan. Ia justru memberi ruang untuk berpikir: seberapa banyak “pria baik” yang sebenarnya hanya belum ketahuan buruknya?
Ketegangan yang Tumbuh Lewat Dialog, Bukan Dentuman
Bukan adegan kejar-kejaran atau ledakan yang jadi senjata utama film ini. Justru di alog dan situasi canggung-lah yang membuat jantung berdegup lebih kencang. Cassie bicara pelan, tapi penuh muatan. Ia tak perlu berteriak untuk menunjukkan bahwa ia marah. Bahkan, justru ketenangannya itulah yang menakutkan.
Ada momen ketika penonton di paksa ikut di am. Bukan karena bosan, tapi karena terlalu terjebak dalam intensitas yang di bangun tanpa suara keras. Cassie hadir sebagai ancaman sunyi. Dan yang lebih menyeramkan: ia tidak punya niat untuk mundur.
Kita di paksa bertanya dalam hati: kalau seseorang tersakiti begitu dalam, lalu memilih membalasnya dengan cara yang di ngin dan sistematis, siapa yang bisa menyalahkan?
Kesimpulan
Promising Young Woman bukan film untuk semua orang, dan itu justru keunggulannya. Ia hadir bukan untuk menyenangkan, melainkan untuk mengguncang. Cassie bukan pahlawan sempurna ia manusia dengan kemarahan yang terpendam terlalu lama, dan ia memilih untuk tidak lagi di am.
Kecantikan dan kepintarannya bukan pajangan, tapi alat yang di gunakan untuk menggugat dunia yang pura-pura adil. Dalam dunia yang sibuk pura-pura tidak tahu, Cassie muncul sebagai pengingat bahwa di am bukan berarti lupa. Dan ketika yang di am akhirnya bicara, jangan heran kalau suaranya meledak seperti badai.
Film ini meninggalkan jejak di kepala, juga di hati. Bukan karena ia menggurui, melainkan karena ia jujur dalam ketidaksenangannya. Jadi, bila kamu selesai menonton dan masih merasa nyaman mungkin kamu adalah bagian dari masalahnya.