brentjonesonline.com, Film White Noise Kekacauan Absurd dalam Balutan Satire! White Noise bukan sekadar tontonan biasa. Ia lebih mirip parade absurditas yang di poles dengan satire tajam, membuat penonton tidak hanya mengernyitkan dahi, tapi juga tertawa geli. Film ini tidak menyajikan alur yang nyaman, malah menantang nalar dengan logika yang jungkir balik. Tapi justru di situlah letak pesonanya.
Disutradarai oleh Noah Baumbach dan di adaptasi dari novel klasik karya Don DeLillo, film ini menampilkan Adam Driver dan Greta Gerwig dalam bentuk karakter yang tidak bisa di tebak arah geraknya. Semua tampak kacau, namun ada benang merah yang perlahan muncul: dunia modern sudah terlalu bising dengan hal-hal tidak penting.
Dunia yang Terlalu Sibuk Berisik
Film di buka dengan kehidupan keluarga yang kelihatannya biasa saja. Tapi makin lama, penonton di seret ke pusaran kekacauan—baik dari luar maupun dalam. Setiap tokoh seperti hidup dalam pusaran suara-suara tak terlihat, mulai dari iklan obat, teori konspirasi, hingga ketakutan akan kematian yang terus menghantui.
Meski terkesan berlebihan, semua kekacauan ini mencerminkan realita masa kini. Di mana kehidupan sehari-hari di penuhi suara tanpa makna, dan semua orang mencoba tetap terlihat “normal” meskipun isi kepala mereka sudah berantakan.
Dan ya, setiap percakapan di film ini tak pernah terasa santai. Justru dari obrolan-obrolan aneh itulah penonton mulai sadar bahwa manusia modern tak pernah benar-benar tenang. Mereka pura-pura tahu arah, padahal yang terjadi hanya ikut arus keramaian.
Satire yang Menyenggol Tanpa Ampun
Salah satu kekuatan White Noise adalah keberaniannya menyenggol banyak hal tanpa basa-basi. Mulai dari isu keluarga, konsumsi obat berlebihan, sampai kegilaan dalam mengejar ketenaran instan. Semuanya di kemas dengan gaya kocak yang tidak sok lucu, tapi malah bikin nyengir karena terlalu akurat.
Dialog antar karakternya pun sering kali meledak-ledak, tapi bukan sekadar pamer emosi. Di balik setiap kalimat, terselip sindiran tentang betapa rapuhnya kehidupan modern. Bahkan ketika tokoh utama terlibat dalam krisis kimia besar-besaran, suasana film tetap absurd seolah dunia sedang lelucon yang kelamaan di tertawakan.
Jangan heran kalau di tengah kekacauan, ada momen tiba-tiba semua karakter berdansa dalam supermarket. Aneh? Jelas. Tapi justru itu yang bikin film ini unik. Ia tidak ingin di mengerti, tapi ingin di rasakan. Mau tidak mau, penonton jadi ikut terseret dalam keanehan tersebut.
Tidak Nyaman tapi Melekat di Kepala
Kalau kamu mencari film yang nyaman di tonton sambil rebahan, White Noise jelas bukan pilihan utama. Tapi jika kamu suka tantangan, ini adalah menu lengkap penuh bumbu tidak biasa. Setiap adegan seperti teka-teki yang bisa di tafsirkan dengan banyak cara.
Beberapa bagian mungkin terasa terlalu liar atau bahkan membingungkan. Namun justru dari kekacauan itulah muncul rasa penasaran. Kenapa semua orang terlihat tenang di tengah bencana? Kenapa kematian di bahas seperti topik gosip ringan? Dan kenapa supermarket jadi tempat paling penting dalam film ini?
Semua pertanyaan itu tidak di jawab dengan gamblang. Tapi kesan yang di tinggalkan malah bertahan lebih lama. Bahkan setelah film selesai, otak masih terus mutar ulang adegan demi adegan, mencari makna yang mungkin tersembunyi di balik kalimat ngelantur para tokohnya.
Akting Tanpa Rem dan Visual Tak Terduga
Adam Driver tampil seperti biasa total dan tidak tanggung. Karakternya, Jack Gladney, dosen yang gelisah, terasa hidup meski selalu terlihat bingung. Sementara Greta Gerwig memberi warna dengan karakter yang seolah kuat tapi dalamnya rapuh.
Keduanya punya di namika yang tidak biasa. Kadang seperti pasangan mesra, kadang seperti orang asing di atap yang sama. Namun kombinasi mereka justru membuat film ini makin absurd. Tidak ada yang benar-benar bisa di tebak, bahkan dalam adegan yang paling sederhana sekalipun.
Secara keseluruhan, film ini seperti lukisan modern abstrak. Saat pertama di lihat, mungkin membingungkan. Tapi semakin lama di perhatikan, justru muncul rasa “oh, ini masuk akal juga.”
Kesimpulan: White Noise, Bukan untuk Semua Tapi Layak Dikecap
White Noise tidak berusaha menyenangkan semua orang, dan itu justru jadi kelebihannya. Film ini seperti alarm keras yang membangunkan kita dari kenyamanan palsu. Dengan balutan satire, absurditas, dan kritik sosial yang berlapis, film ini sukses membuat penonton tidak hanya menonton, tapi juga berpikir.
Meski terkadang terlalu berisik, justru dari keributan itulah muncul kesadaran: hidup tidak akan pernah benar-benar tenang, jadi lebih baik tertawa saja di tengah kekacauan. Dan White Noise berhasil menyuguhkan itu dengan gaya yang tidak biasa.